Selasa, April 27, 2010

Sindoesoedarsono Soedjojono

Sindoesoedarsono Soedjojono
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Broom icon.svg
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Sindoedarsono Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara 1913 - Jakarta, 1985) disebut sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Modern.

Dia pionir yang mengembangkan seni lukis modern khas Indonesia. Pantas saja komunitas seniman, menjuluki pria bernama lengkap Sindudarsono Sudjojono yang akrab dipanggil Pak Djon iini dijuluki Bapak Seni Lukis Indonesia Baru. Dia salah seorang pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di Jakarta tahun 1937 yang merupakan awal sejarah seni rupa modern di Indonesia.

Pelukis besar kelahiran Kisaran, Sumatra Utara, 14 Desember 1913, ini sangat menguasai teknik melukis dengan hasil lukisan yang berbobot. Dia guru bagi beberapa pelukis Indonesia. Selain itu, dia mempunyai pengetahuan luas tentang seni rupa. Dia kritikus seni rupa pertama di Indonesia.

Ia seorang nasionalis yang menunjukkan pribadinya melalui warna-warna dan pilihan subjek. Sebagai kritikus seni rupa, dia sering mengecam Basoeki Abdullah sebagai tidak nasionalistis, karena melukis perempuan cantik dan pemandangan alam. Sehingga Pak Djon dan Basuki dianggap sebagai musuh bebuyutan, bagai air dan api, sejak 1935.

Tapi beberapa bulan sebelum Pak Djon meninggal di Jakarta, 25 Maret 1985, pengusaha Ciputra mempertemukan Pak Djon dan Basuki bersama Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Sehingga Menteri P&K Fuad Hassan, ketika itu, menyebut pameran bersama ketiga raksasa seni lukis itu merupakan peristiwa sejarah yang penting.

Pak Djon lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa, buruh perkebunan di Kisaran, Sumatera Utara. Namun sejak usia empat tahun, ia menjadi anak asuh. Yudhokusumo, seorang guru HIS, tempat Djon kecil sekolah, melihat kecerdasan dan bakatnya dan mengangkatnya sebagai anak. Yudhokusumo, kemudianmembawanya ke Batavia tahun 1925.

Djon menamatkan HIS di Jakarta. Kemudian SMP di Bandung dan SMA Taman Siswa di Yogyakarta. Dia pun sempat kursus montir sebelum belajar melukis pada RM Pirngadie selama beberapa bulan dan pelukis Jepang Chioji Yazaki di Jakarta.

Bahkan sebenarnya pada awalnya di lebih mempersiapkan diri menjadi guru daripada pelukis. Dia sempat mengajar di Taman Siswa. Setelah lulus Taman Guru di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta, ia ditugaskan Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Madiun tahun 1931.

Namun, Sudjojono yang berbakat melukis dan banyak membaca tentang seni lukis modern Eropa, itu akhirnya lebih memilih jalan hidup sebagai pelukis. Pada tahun 1937, dia pun ikut pameran bersama pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Keikutsertaannya pada pameran itu, sebagai awal yang memopulerkan namanya sebagai pelukis.

Bersama sejumlah pelukis, ia mendirikan Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia), 1937. Sebuah serikat yang kemudian dianggap sebagai awal seni rupa modern Indonesia. Dia sempat menjadi sekretaris dan juru bicara Persagi.

Sudjojono, selain piawai melukis, juga banyak menulis dan berceramah tentang pengembangan seni lukis modern. Dia menganjurkan dan menyebarkan gagasan, pandangan dan sikap tentang lukisan, pelukis dan peranan seni dalam masyarakat dalam banyak tulisannya. Maka, komunitas pelukis pun memberinya predikat: Bapak Seni Lukis Indonesia Baru.

Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol pada pemandangan alam, sosok manusia, serta suasana. Pemilihan objek itu lebih didasari hubungan batin, cinta, dan simpati sehingga tampak bersahaja. Lukisannya yang monumental antara lain berjudul: Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengungsi dan Seko.

Dalam komunitas seni-budaya, kemudian Djon masuk Lekra, lalu masuk PKI. Dia sempat terpilih mewakili partai itu di parlemen. Namun pada 1957, ia membelot. Salah satu alasannya, bahwa buat dia eksistensi Tuhan itu positif, sedangkan PKI belum bisa memberikan jawaban positif atas hal itu. Di samping ada alasan lain yang tidak diungkapkannya yang juga diduga menjadi penyebab Djon menceraikan istri pertamanya, Mia Bustam. Lalu dia menikah lagi dengan penyanyi seriosa, Rose Pandanwangi. Nama isterinya ini lalu diabadikannya dalam nama Sanggar Pandanwangi. Dari pernikahannya dia dianugerahi 14 anak.

Di tengah kesibukannya, dia rajin berolah raga. Bahkan pada masa mudanya, Djon tergabung dalam kesebelasan Indonesia Muda, sebagai kiri luar, bersama Maladi (bekas menteri penerangan dan olah raga) sebagai kiper dan Pelukis Rusli kanan luar.

Itulah Djon yang sejak 1958 hidup sepenuhnya dari lukisan. Dia juga tidak sungkan menerima pesanan, sebagai suatu cara profesional dan halal untuk mendapat uang. Pesanan itu, juga sekaligus merupakan kesempatan latihan membuat bentuk, warna dan komposisi.

Ada beberapa karya pesanan yang dibanggakannya. Di antaranya, pesanan pesanan Gubernur DKI, yang melukiskan adegan pertempuran Sultan Agung melawan Jan Pieterszoon Coen, 1973. Lukisan ini berukuran 300310 meter, ini dipajang di Museum DKI Fatahillah.

Secara profesional, penerima Anugerah Seni tahun 1970, ini sangat menikmati kepopulerannya sebagai seorang pelukis ternama. Karya-karyanya diminati banyak orang dengan harga yang sangat tinggi di biro-biro lelang luar negeri. Bahkan setelah dia meninggal pada tanggal 25 Maret 1985 di Jakarta, karya-karyanya masih dipamerkan di beberapa tempat, antara lain di: Festival of Indonesia (USA, 1990-1992); Gate Foundation (Amsterdam, Holland, 1993); Singapore Art Museum (1994); Center for Strategic and International Studies (Jakarta, Indonesia, 1996); ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998).
[sunting] Sumber

* artikel ini diambil dari tokohindonesia.com >> selengkapnya......

Rembrandt van Rijn

Rembrandt van Rijn
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Rembrandt
Rembrandt van rijn-self portrait.jpg
Self portrait by Rembrandt, (1661).
Nama lahir Rembrandt Harmenszoon van Rijn
Lahir 15 Juli 1606
Leiden, Netherlands
Wafat 4 Oktober 1669 (umur 63)
Amsterdam, Netherlands
Kewarganegaraan Dutch
Bidang Painting, Printmaking
Aliran Dutch Golden Age painting
Karya terkenal Danaë, 1636

Jacob de Gheyn III, 1632
Anatomy Lesson of Dr. Nicolaes Tulp, 1632
Belshazzar's Feast, 1635
Night Watch, 1642

Rembrandt Harmenszoon van Rijn (15 Juli 1606 – 4 Oktober 1669) adalah pelukis Belanda yang merupakan salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa. Rembrandt dikenal dengan keahliannya memanipulasi ekspos cahaya terhadap objek sehingga memberikan efek tertentu di dalam lukisan.

Rembrandt juga sering membuat karya-karya grafis dan gambar. Kontribusinya yang besar terhadap seni rupa terjadi pada era keemasan Belanda (sekitar abad 17).
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Riwayat Hidup
* 2 Karya-karya
* 3 Perjalanan kesenian
* 4 Karya-karyanya yang terkenal
* 5 Galleri
* 6 Referensi
o 6.1 Daftar Pustaka
* 7 Lihat pula
* 8 Pranala luar

[sunting] Riwayat Hidup

Rembrandt lahir 15 Juli 1606 di Leiden, Netherlands. Keluarganya hidup cukup sejahtera, ayahnya bekerja di penggilingan, sementara ibunya seorang anak tukang roti.

Masa kecilnya dilewati di sekolah latin dan kemudian melanjutkan ke Universitas Leiden, meskipun tercatat dalam sejarah bahwa ia jauh lebih tertarik kepada dunia melukis. Ayahnya kemudian menyerah dan mengirimkannya untuk magang kepada pelukis sejarah terkenal Leiden, Jacob van Swanenburgh. Setelah lepas dari kewajiban magang bersama Pieter Lastman di Amsterdam, Rembrandt membuka studio di Leiden, yang didirikan dan digunakannya bersama Jan Lievens. Pada tahun 1627, Rembrandt mulai menerima murid, salah satunya Gerrit Dou.

Semenjak 1631, Rembrandt telah mendapat reputasi yang baik dari penugasannya sebagai pelukis potret tokoh-tokoh di Amsterdam. Selanjutnya, ia kemudian pindah ke sana dan tinggal di rumah penyalur lukisan, Hendrick van Uylenburgh.

Kepindahan ini kemudian berlanjut dengan perkawinannya dengan cucu jauh Hendrik, Saskia van Uylenburg pada 1634.Pernikahan ini terlihat jelas atas alasan cinta. Meskipun ayah Saskia dulunya adalah burgemeester (gubernur) Leeuwarden, Saskia pada masa itu telah menjadi yatim piatu dan tidak dalam keadaan berlimpah harta. Saskia tinggal bersama kakaknya di Frisia dan tidak memiliki banyak koneksi di Amsterdam untuk mendukung karir Rembrandt.

Pada 1639, Rembrandt and Saskia pindah ke sebuah rumah kecil di Jodenbreestraat di sebuah perkampungan Yahudi (Saat ini menjadi Rembrandt House Museum). Meskipun hidup sejahtera, keluarganya menghadapi cobaan. Tiga anaknya meninggal saat lahir. Hanya anak keempat, Titus yang lahir 1641, yang bisa hidup hingga dewasa. Saskia meninggal 1642 sesaat setelah kelahiran Titus kemungkinan akibat TBC.

Akhir 1640an, posisi Saskia sebagai istri digantikan oleh Hendrickje Stoffels, yang sebelumnya bekerja sebagai pelayan tumah tangga Rembrandt. Pada 1654 mereka mendapat seorang anak perempuan Cornelia, yang membuat Hendrickje divonis oleh Reformed church Belanda untuk menjalani status "hidup dalam dosa". Rembrandt tidak hadir dalam persidangan ini karena ia bukan anggota gereja ini.

Rembrandt hidup boros, termasuk dengan membeli banyak karya seni, khususnya cetakan, (kebanyakan digunakan sebagai referensi lukisannya), dan barang-barang antik, yang kemungkinan besar menjadi alasan kebangkrutannya pada 1656. Ia terpaksa menjual rumah dan pindah ke rumah yang lebih sederhana di Rozengracht. Di sini, Hendrickje dan Titus memulai usaha toko barang seni hingga akhir riwayatnya. Bagaimanapun, reputasi Rembrandt tidak tenggelam pada masa ini karena ia masih mendapat penugasan untuk lukisan-lukisan sejarah yang besar untuk balai kota yang baru.

Rembrandt hidup terpisah dengan Hendrickje dan Titus. Pada akhir riwayat, hanya Cornelia yang ada di sampingnya. Hidup terpisah dengan anak lelakinya membuat id terpukul berat dan akhirnya meninggal pada 4 Oktober 1669 di Amsterdam dan dikubur tanpa tanda atau upacara apapun diWesterkerk.
[sunting] Karya-karya
Jaga Malam (1642)

Salah satu kutipannya yang masih tercatat hingga kini mengenai pencapaiannya dalam seni rupa adalah "pergerakan yang terhebat dan alami", (diterjemahkan dari frase Belanda die meeste ende di naetuereelste beweechgelickheijt), dalam sebuah surat yang ditulis untuk koleganya. Tidak begitu diketahui dengan jelas maksud pergerakan di sini, apakah mengacu kepada objek yang dilukisnya atau emosi orang yang menikmati lukisannya.

Secara keseluruhan, Rembrandt telah menghasilkan 600 lukisan, 300 etsa, dan 2000 gambar. Kebanyakan berupa self potrait, yang memberikan gambaran sangat jelas mengenai Rembrandt yang sebenarnya, baik dari segi emosi maupun penampilan.

Teknik yang dipakai kebanyakan adalah chiaroscuro, yang memberikan kontras yang cukup jelas antara bayangan dan pantulan cahaya dengan gradasi yang halus, sekaligus memberikan efek dramatis kepada pemirsanya. Meskipun tetap saja kebanyakan tampil dengan tema-tema yang formal, karyanya mendalami aspek-aspek kemanusiaan tanpa membedakan usia maupun kekayaan.

Beberapa anggota keluarganya, seperti istrinya Saskia, anaknya Titus, dan istri mudanya Hendrickje juga sering tampil di beberapa bagian lukisan, yang kebanyakan bertema mitologi, biblikal, atau rekaman sejarah.
[sunting] Perjalanan kesenian

* Pada periode Leiden (1625-1631) terlihat jelas bahwa pengaruh Lastman sangat besar. Kebanyakan karyanya berukuran kecil, tetapi penuh detail. Kebanyakan temanya religius dan allegoris.

* Pada periode Amsterdam (1632-1636), Rembrandt mulai menggunakan kanvas besar, warna-warna kuat, dan menciptakan suasana dramatis. Rembrandt juga banyak menghasilkan lukisan potret. Lukisan-lukisan lain memakai tema biblical and mitologis.

* Akhir 1630, Rembrandt banyak menciptakan lukisan pemandangan dan beberapa etsabertema alam. Pada periode ini, pemandangan yang diperlihatkan banyak dipengaruhi fenomena alam, seperti pohon yang tersambar petir atau langit biru ditutupi awan kelam.

* Sejak 1640, karyanya mulai mengarah lebih tragis, memperlihatkan kejadian-kejadian yang menimpa keluarganya. Aspek teknis yang biasanya kuattertutupi oleh ekspresi yang dalam. Tema biblikal lebih sering muncul dari Perjanjian baru. Ukurannya kembali mengecil. Sebagai pengecualian The Night Watch (Jaga Malam), karyanya yang paling besar dalam ukuran, Pemandangan lebih sering muncul dalam karya etsa daripada lukisan.

* Pada 1650an, gaya Rembrandt kembali berubah. Karya lukisan menjadi lebih banyak. Warnanya lebih kaya dan goresan kuas lebih kuat. Dari gejala ini terlihat bahwa Rembrandt berusaha menjauh dari karya-karya sebelumnya dan trend pada masa itu. Tema biblikal nmasih sering terlihat, but tetapi penekannya tidak lagi dalam suasana ramai, tetapi lebih mengarah kepada pengamatan seperti di dalam objek-objek lukisan potretnya.

* Pada tahun terakhirnya, Rembrandt membuat banyak lukisan dirinya yang terkenal, yang memperlihatkan banyak gurat kesedihan dan kelelahan.

[sunting] Karya-karyanya yang terkenal
The anatomy lesson of Dr. Nicolaes Tulp.
Kembalinya sang anak yang hilang,j 1662

* 1629 An Artist in His Studio (The Museum of Fine Arts, Boston, Massachusetts)
* 1630 The Raising of Lazarus (Los Angeles County Museum of Art, Los Angeles)
* 1630-1635 A Turk (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1631 Portrait of Nicolaes Ruts (Frick Collection, New York)
* 1632 Anatomy Lesson of Dr. Nicolaes Tulp (Mauritshuis, The Hague)
* 1632 Portrait of a Noble (Oriental) Man (Metropolitan Museum of Art, New York)
* 1633 Christ in the Storm on the Lake of Galilee (formerly at the Isabella Stewart Gardner Museum, Boston; stolen in 1990 and still at large)
* 1635 Belshazzar's Feast (National Gallery, London)
* 1636 The Blinding of Samson (Städelsches Kunstinstitut, Frankfurt am Main, Germany)
* 1636 Danaë (State Hermitage Museum, St. Petersburg)
* 1642 The Militia Company of Captain Frans Banning Cocq better known as the Night Watch (Rijksmuseum, Amsterdam)
* ±1643 Christ Healing the Sick also known as The Hundred Guilders Print (Victoria and Albert Museum, London) etching, nicknamed for the huge sum (at that time) paid for it
* 1647 An Old Lady with a Book (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1650 The Philosopher (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1650 The Mill (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1653 Sacrifice of Isaac (State Hermitage Museum, St. Petersburg)
* 1653 Aristotle with a Bust of Homer (Metropolitan Museum of Art, New York)
* 1654 Bathsheba at Her Bath (Louvre, Paris) (Hendrickje is thought to have modeled for this painting)
* 1655 Joseph Accused by Potiphar's Wife (National Gallery of Art, Washington D.C.)
* 1656 A Woman Holding a Pink (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1656 Jacob Blessing the Sons of Joseph (Staatliche Kunstsammlungen Kassel, Galerie Alte Meister, GK 249)
* 1657 The Apostle Paul (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1658 Selfportrait (Frick Collection, New York)
* 1658 Philemon and Baucis (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1659 Jacob Wrestling with the Angel
* 1659 Selfportrait (Metropolitan Museum of Art, New York)
* 1660 Selfportrait (Metropolitan Museum of Art, New York)
* 1660 Portrait of a Gentleman with a Tall Hat and Gloves (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1660 Portrait of a Lady with an Ostrich-Feather Fan (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1661 Conspiracy of Julius Civilis (Nationalmuseum, Stockholm) (Julius Civilis led a Dutch revolt against the Romans) (most of the cut up painting is lost, only the central part still exists)
* 1662 Syndics of the Drapers' Guild (Dutch De Staalmeesters) (Rijksmuseum, Amsterdam)
* 1662 Portrait of a Man in a Tall Hat (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1662-1663 A Young Man Seated at a Table (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1664 Lucretia (The National Gallery of Art, Washington, D.C.)
* 1664 The Jewish Bride (Rijksmuseum, Amsterdam)
* 1666 Lucretia (The Minneapolis Institute of Arts, Minneapolis)
* 1669 Return of the Prodigal Son (State Hermitage Museum, St. Petersburg)


[sunting] Galleri
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Lukisan Rembrandt
[sunting] Referensi


[sunting] Daftar Pustaka

* Catalogue raisonné: Stichting Foundation Rembrandt Research Project:
o A Corpus of Rembrandt Paintings - Volume I, which deals with works from Rembrandt’s early years in Leiden (1629-1631), 1982
o A Corpus of Rembrandt Paintings - Volume II: 1631-1634. Bruyn, J., Haak, B. (et al.), Band 2, 1986, ISBN 978-90-247-3339-2
o A Corpus of Rembrandt Paintings - Volume III, 1635-1642. Bruyn, J., Haak, B., Levie, S.H., van Thiel, P.J.J., van de Wetering, E. (Ed. Hrsg.), Band 3, 1990, ISBN 978-90-247-3781-9
o A Corpus of Rembrandt Paintings - Volume IV. Ernst van de Wetering, Karin Groen et al. Springer, Dordrecht, the Netherlands (NL). ISBN 1-4020-3280-3. p. 692. (Self-Portraits)
* Rembrandt. Images and metaphors, Christian Tumpel (editor), Haus Books London 2006 ISBN 13: 978-1-904950-92-9
* Graaff, Arthur E.A.J. and Michiel V. Roscam Abbing (2006). Rembrandt for Dummies. Addison Wesley. ISBN 90-430-1280.
* Van De Wetering, Ernst (2004) (2nd paperback printing). The Painter At Work. University of California Press,Berkley and Los Angeles. University of California Press, London, England. By arrangement with Amsterdam University Press. ISBN O-520-22668-2.

[sunting] Lihat pula

* Barok
* Lukisan Rembrandt

[sunting] Pranala luar
Commons-logo.svg
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Rembrandt

* Rembrandt van Rijn: Life and Work in-depth information on the Dutch Painting Master Rembrandt van Rijn with more than 500 high resolution images of his paintings, etchings, drawings and self portraits
* Rembrandt's house in Amsterdam
* Rijksmuseum in Amsterdam
* Artcyclopedia has an extensive list of museums that show Rembrandt's work.
* Rembrandt Research Project
* a painting selection of Rembrandt
* Webmuseum Paris: Lots of high-resolution scans of his paintings
* Artchive, 'Rembrandt one man show' seven paintings, viewable at high resolution
* UC Berkeley site Another collection of paintings
* Self-portraits
* Deconstructing the Gaze of Rembrandt
o The New England Journal of Medicine 16 September 2004.
o Was Rembrandt Stereoblind?
* Provenance Helpline A play by Jim Grover on a Rembrandt double portrait.
* Rembrandt van Rijn, All Links
* Web Gallery of Art Self-portraits in chronological order.
* Rembrandt van Rijn at Olga's Gallery 192 pictures
* Rembrandt's Paintings

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Rembrandt_van_Rijn"
Kategori: Kelahiran 1606 | Kematian 1669 | Pelukis Belanda | Seniman Grafis Belanda >> selengkapnya......

Sejarah Kebudayaan dan Seni

SEJARAH KEBUDAYAAN dan SEJARAH SENI: Sebuah review dan pemahaman singkat

Sejarah Kebudayaan
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya karena perilakunya sebagian besar dikendalikan oleh budi atau akalnya. Kata berbudaya berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi yang berarti akal. Dalam bahasa asing lainnya terdapat kata-kata seperti culture (Inggris), cultuur (Belanda) atau Kultur (Jerman). Berasal dari kata Latin coltere yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah menjadi tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata-kata itu juga diberi arti “pembentukan dan pemurnian”, misalnya pembentukan dan pemurnian jiwa.
Kebudayaan menurut E.B. Taylor, “Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Menurut Koentjaraningrat, ”kebudayaan sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan, yang diperoleh melalui belajar dan tersusun dalam kehidupan masyarakat”.
Sejarah Kebudayaan memang sangat sedikit ditulis oleh seorang sejarwan. Sejarah kebudayaan sebagai bagian dari sudut pandang sejarah dalam melihat suatu peristiwa. Untuk tulisan sejarah budaya dalam kajian antropologi, filsafat dan jurnalisme telah banyak diterbitkan. Namun, kesemuanya merupakan patokan pengmatan kebudayaan pada masa kini atau berupa kajian kontemporer saja, bukan sebagi proses historis.
Namun, kajian sejarh tentang kebudayaan sudah diaktualisasikan berupa karya dari Darsiti Suratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939 atau Djoko Soekiman, Kebudayaan Indisch. Kedua buku tersebut merupakan kajian yang mendekati sejarah kebudayaan dalam tema, tetapi masih belum berupa sejarah kebudayaan dalam pendekatan.
Dalam memberikan gambaran Kuntowijoyo tidak memberikan keputusan dalm penulisna sejarah kebudayaan namun ia membrikan rujukan yang bisa dianut oleh sejarawan. Kuntowijoyo mencuplik dari buku milik Karl J. Weintraub, memuat tradisi historiografi kebudayaan dari sejarawan Eropa. Seperti Voltaire dengan ukuran untuk menyebut masyarakat, bangsa, dan rakyat beradab; burckhard, berusha dalam penemuan struktur dan tata dalam sejarah kebudayaan. Menurut Burckhard, kebudayaan ialah kenaytaan campuran sedangkan tugas sejarawan adalah mengkoordinasikan elemen-elemn dalam gambaran umum. Burckhard menggambarkan sejarah kebudayaan sebagai fragmen-fragmen yang disatukan seperti mozaik. Lamprecht, sejarah kebudayaan ialah sejarah sejarah dari seeleben (kolektifitas yang berupa apa saja, di mana ada jiwa zaman, dan di situ ada kebudayaan), kehidupan rohaniah suatu bangsa, melalui jiwa yang terbelenggu atau jiwa yang bebas. Heuizinga kebudayaan sebuah struktur, sebuah bentuk. Sejarah sebagai bentuk kejiwaan dengan apa sebuah kebudayaan menilai masa lampau. Sejarah kebudayaan menurut Heuzinga adalah usaha mencaru ”morfologi budaya”, studi tentang struktur.
Kemudian, pandangan Kuntowijoyolebih ditujukan kepada pandangan Burckhardt dan Huizinga, karena dianggap sebagi penulis klasih sejarah kebudayaan. Burckhardt telah mampu untuk memisahkan antara kajian antropologi dengan kajian sejarah. Perbedaan itu terletak pada pendekatan yang sinkronis, sistematis, tetapi tanpa kesalahan kronologis dalam peyajiannya. Kedua, usahanya memperluas bahan-bahan kajian sejarah kebudayaan dengan memberikan gambaran secara keseluruhan. Huizinga juga menambahkan bahwa pentingnya general thema dalam sejarah kebudayaan dan tugas sejarah kebudayaan adalah mencari pola-pola kehidupan, kesenian, dan pemikiran bersama-sama. Tugas itu adalah pemahaman secara morfologis dan deskriptif adari kebudayaan yang aktual, tidak dalam bentuk abstrak sehingga dalam penjelasan sejarah kebudayaan yang diungkapkan haruslah aktual dan konkret.
Gambaran umum dapat dicapai dengan menemukan central concept sebuah kebudayaan, meskipun ada kalanya sebuah kebudayaan memiliki banyak pusat (plural centre). Kalu orang akan menulis bagian-bagian dari kebudyaan, tanpa mengkaitkan sengn konsep sentral, hasilnya bukanlah sejarah kebudyaan, tetapi sejarah yang tertentu dan khusus. Sejarah kesenian, misalnya, yang ditulis tanpa mengingat tema umum budayanya, adalah sejarah kesenian, bukan sejarah kebudayaan.
Dalam penulisan sejarah kebudayaan perlu diperhatikan tentang kecenderungan penulisan sejarah agar tidak masuk dalam kajian antropologi dan tidak memakai scope yang lebih kecil karena bisa masuk pada bagian dari sejarah kebudyaan. Kajian sejaraj dengan kajian antropologi hampir sama dalam metodologi yang dipergunakan, namun berbeda dalam dalam melakukan kritik sumber. Sejarawan akan melakukan kritik sumber lebih detail daripada kritik yang digunakan oleh antropolog. Namun, sejarawan tidak boleh terjebak dengan tulisan antropologi yang bersifat historis seperti tulisan dari Pujo Semedi, Depletion of The Java Sea’s Fish Stock, 1860’s-1990’s. Tulisan itu seakan-akan menggambarkan kecenderungan bahwa tulisan tersebut masuk dalam ranah sejarah, namun perlu diperhatikan bahwa pengambilan tahun yang sangat panjang menajdi salah satu bentuk yang perlu ditandai.
Masuknya sejarah kebudayaan ke dalam sejarah yang bersifat khusus, seperti sejarah kesenian, atau sejarah yang masih mengandung sifat budaya merupakan turunan dari sejarah kebudayaan itu sendiri.

Sejarah Seni
Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan yang keberadaannya sangat diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu kesenian mempunyai bidang-bidang cakupan yang cukup luas dan beragam.
Sementara itu menurut Richard L. Anderson seni mempunyai sifat umum yang dapat dijumpai dimanapun.
Sifat-sifat tersebut adalah:
1. mempunyai arti yang bermakna budaya, seperti menjadi sarana hubungan dengan kekuatan adikodrati, menjadi sarana komunikasi dan pendidikan,
2. memperlihatkan gaya, yaitu gaya yang dipandang sebagai tradisi milik bersama dalam suatu kebudayaan dan sebagai tanda agar seni dapat menyampaikan arti,
3. memerlukan kemahiran khusus untuk menghasilkan suatu karya seni sehingga seseorang seniman dapat dibedakan dari orang dewasa.
Sifat-sifat seperti tersebut kiranya juga dimiliki oleh kesenian yang hidup dan berkembang pada masa Jawa kuno.
Seni Pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi dasarnya adalah yang dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Seni pertunjukan dapat dipilah menjadi tiga kategori yakni:
1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)
2. Tari (representasional dan non-representasional)
3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personae).
Jagad seni adalah jagad refleksi kemanusiaan, sebuah dialektika tiada henti yang hanya akan berakhir pada saat sirnanya manusia dari atas bumi.
Tentang mampu tidaknya pengarang menyelesaikan masalah yang hendak dipecahkannya itu, sudah tentu, bukan sesuatu yang ditentukan olehnya. Tetapi hal-ihwal yang menarik perhatiannya itu mempunyai hak sepenuhnya akan perhatian semua siswa mengenai masalah-masalah estetika, artinya, perhatian semua pihak yang menaruh minat pada seni, persajakan dan kesusasteraan. Semua mengakui tingginya arti-penting sejarah seni, terutama sejarah persajakan; karena demikian halnya, maka pertanyaan-pertanyaan: apakah seni itu? apakah persajakan itu? tidak bisa tidak mempunyai arti yang penting sekali.
Agak sulit rasanya untuk membicarakan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia secara keseluruhan, sebab masing-masing kategori (musik, tari dan teater) memiliki karakter dan kekhasan tersendiri dan sangat kompleks.
Salah satu bentuk sejarah seni adalah Karya dari Soedarsono dalam Wayang Wong: The State Ritual Dance Dramain the Court of Yogyakarta.

>> selengkapnya......
Anda Pengunjung ke